Eksistensi dan Esensi

eksistensi dan esensi
Eksistensi dan Esensi

Eksistensi dan Esensi – Filsafat pada dasarnya hanya membicarakan 2 faktor utama, yaitu eksistensi dan esensi. Bicara eksistensi dan esensi adalah seperti halnya orang bicara matematika dengan matematika (aritmetika, geometri dll). Jika bicara eksistensi seumpama membicarakan Aritmetika, maka ANGKA-ANGKALAH yang menjadi eksistensi telaahannya. Jika bicara eksistensi seumpama membicarakan geometri, maka aksistensinya adalah GARIS dan GARIS saja.

Sekarang kita akan lihat eksistensi dengan yang menjadi dua lawannya yaitu esensi dan adam (tidak ada).

Contoh esensi dan adam ini bisa kita lihat dari kehidupan kita sehari-hari. Bagi kita yang hidup dialam indrawi, yang kita sebut dengan ada adalah ada yang kelihatan dan terasa oleh pancaindara kita. Misalnya; bakwan, mobil, pesawat terbang, kapal laut, pisang goreng, bulan, bintang, kerupuk, peyek dan lain-lain. Kita bilang ada karena memang kita bisa lihat dan bahkan sebagian bisa kita makan, Bendanya betul-betul “ada terlihat”.

Tapi filsafat tidak berhenti di ada yang terlihat saja, filsafat tidak berhenti sampai dengan peyek tadi saja. Filsafat angkat bicara jauh diatas itu, filsafat juga bicara tentang ADA yang keberadaannya tidak ‘terlihat’ oleh pancaindra.

Filsafat memberitahukan kita tentang ADA yang lain, misalnya adanya bayangan kota Barcelona, bayangan pacar atau calon pacar  dipikiran kita. Sang pacar ini betul-betul “ADA” dalam pikiran kita, tapi coba dibedah kepala kita, cari tahu apakah memang betul-betul ADA TERLIHAT di isi kepala kita  orang atau kota yang kita bayangkan tadi?.

Baca juga :   Mengenal Metode Pemikiran Islam

Maksudnya, adalah bahwa ada susuatu yang betul-betul ADA tapi tidak ADA dalam bentuk nyata. Bukti dia ADA adalah dia bisa bekerja dan bahkan menciptakan bayangan dan rencana-rencana. Bahkan banyak ditemukan sesuatu yang ADA dalam dunia modern ini adalah ADA dan TERCIPTA dari ADA-nya bayangan dan rencana-rencana yang ada dialam pikiran.

Kalau ADA nya bisa digapai dengan panca indra PASTI setelah TIDAK ADA nya pun bisa digapai dengan pancaindra. Misalnya didepan rumah saya ADA pohon durian dan kelihatan ADA dengan pancaindra, tapi kalau pohon itu saya tabang dan kemudian saya buang, maka sekarang bisa disaksikan dengan jelas bahwa didepan rumah saya sudah TIDAK ADA pohon lagi. Tadinya ADA sekarang TIDAK ADA dan bisa dilihat dialam nyata.

Tapi bagaimana kalau tadinya ADA didalam alam pikiran, apakah bisa menjadi TIDAK ADA?

Filsafat mengatakan bahwa ADA bisa menjadi TIDAK ADA hanya berlaku untuk yang ADA secara realita. Tetapi untuk hal-hal yang ADA nya bukan dialam realita, tetapi di ada alam mental (dzhini) maka sesungguhnya dia tidak mengenal istilah TIDAK ADA melainkan istilahnya adalah TIDAK MEMPUNYAI ESENSI.

Leave a Reply

Your email address will not be published.