Eksistensi – Seperti kita ketahui, bahasan pokok filsafat selain esensi adalah eksistensi. Apa yang disebut dengan eksistensi? Apa saja bagian-bagian yang disebut dengan eksistensi atau keberadaan itu?
Orang-orang tua jaman dulu membagi pokok bahasan ini kedalam berbagai kelompok (spesies), seperti realitas objektif vs realitas mental, Realitas keniscayaan vs kemungkinan, realitas baru vs lama, realitas yang tetap vs yang berubah, realitas tunggal vs berbilang, realitas potensial vs aktual, dan realitas substansi vs aksiden.
Untuk tahap awal tulisan ini, kita tidak akan membahas semua pembagian realitas ‘ADA’ itu secara terperinci, tapi kita akan mulai dari pengenalan tentang apakah yang disebut dengan aksistensi qua material, Eksistensi qua kuantitas dan eksistensi qua eksistensi?
Bagaimana kita mengenal realitas yang ada, ini diperlukan study yang teliti karena masih banyak perbedaan pendapat juga dikalangan filsuf modern. Perbedaan pendapat ini terkadang lunak tetapi sering juga kita menemukan perbedaan mereka sudah sampai kedalam hal-hal yang prinsip.
Kita ambil saja contoh seperti pembagian ganjil vs genap, hitam vs putih, kecil vs besar, serupa vs berbeda, tinggi vs rendah…, sekilas pembagian ini sudah sering kita hadapi dan lihat sehari-hari, tapi apakah keberadaan (eksistensi) ‘ADA’ nya realitas itu termasuk ‘ADA’ yang ‘ADA’ (aksistensi qua eksistensi) , atau satu sama lain berbeda keberadaannya (eksistensinya) ?
Sebelum kita mengenal adanya realitas ‘ADA’ yang meliputi ‘ADA’ secara niscaya dan mungkin, baru dan lama, tetap dan berubah, tunggal dan berbilang, potensial dan aktual, substansi dan aksiden alam bawah sadar kita sering membimbing kita selalu kepersoalan ‘ADA’ secara YANG OBJEKTIF saja.
Dan kalau sudah sedikit maju barulah kita terkadang sempat memikirkan kemungkianan ‘ADA’ yang lain, yaitu ada secara mental. Disinilah keterlambat dan sekaligus persoalan kita, sehingga sering timbul pertanyaan, apakah eksistensi ‘ADA’ yang dimaksud itu berubah-ubah tergantung dari sudut pandang sipeneliti?
Tentu saja kalau kita sudah memahami realitas dan bagian keberadaan (eksistensi) itu sendiri, pertanyaan seperti itu sudah tidak perlu lagi 🙂 karena bisa dengan mudah kita lihat dan masuk ke telaahan realitas eksistensi ‘ADA’ yang TETAP dan ‘ADA’ yang BERUBAH-UBAH. Apanya yang berubah? Objeknya atau subjeknya? Ini akan menjadi pokok bahasan tersendiri dibagian realitas Tetap vs realitas Berubah.
Kembali ke contoh diatas, dalam contoh diatas seperti hitam vs putih dan seterusnya itu, tidak ada satupun yang bisa kita sebut sebagai eksistensi qua eksistensi, kecuali contoh tunggal dan berbilang yang agak mirip dengan eksistensi qua eksistensi, namun tetap kita tidak bisa menyebutnya sebagai eksistensi qua eksistensi. Contoh-contoh tersebut diatas adalah tidak lebih dari contoh-contoh eksistensi qua material dan eksistensi qua quantitas.
Jadi yang disebut eksistensi qua eksistensi itu seperti apa contohnya? Contohnya adalah seperti realitas Tunggal vs Berbilang dan Niscaya vs Mungkin.
Sampai disini saya rasa kita sudah bisa menjadi lebih jelas lagi, bahwa kita akan disodorkan kepersoalan aneka ragam pembagian eksistensi, dengan pengenalan secara umum ini saya rasa sekarang kita bisa menjadi lebih mudah lagi untuk memetakan persoalan filsafat.