Menolak Kebenaran sama dengan Kafir!

Menolak Kebenaran
Menolak Kebenaran

Menolak Kebenaran sama dengan Kafir! – Jadi barang siapa saja yang menolak kebenaran, entah dia punya agama ataupun tidak maka dia adalah kafir.

Rumus : Menolak Kebenaran = Kafir

Persoalannya adalah, apa yang disebut dengan benar dan apa yang disebut dengan kebenaran? Saya rasa kita harus menjawab pertanyaan itu terlebih dahulu sebelum kita bisa mengatakan “kafir” atau “tidak kafir”.

Dengan menjawab pertanyaan itu maka kita akan menjadi  lebih mudah untuk mengenali siapa yang telah menolak “kebenaran” tersebut?

Jawaban untuk itu tentu panjang dan bisa berpanjang-panjang jika tidak dibatasi dengan ilmu logika, dan menurut ilmu logika asas kebenaran itu ada 2 :

  1. Adanya persamaan antara KENYATAAN dengan STATEMENT.
  2. Tidak terjadi KONTRADIKSI antara 2 pernyataan yang sama.

Itu tok,

Tapi….

Bagaimana kita bisa MENGETAHUI yang mana yang sama antara KENYATAAN dengan STATEMENT dan yang mana yang berbeda antara KENYATAAN dengan STATEMENT  seperti yang dimaksudkan pada asas nomor 1 diatas, yakni asas “Adanya persamaan antara KENYATAAN dengan STATMENT?”

Untuk MENGETAHUI itu, kita perlu beberapa alat lagi setelah logika, yakni epistemologi, filsafat dan irfan. Untuk mengurai itu tentu akan menjadi lebih panjang lagi, namun demikian kita bisa mamasuki persoalan itu secara bertahap, yakni langkah demi langkah.

Langkah pertama adalah dengan mengajukan pertanyaan, apakah yang disebut dengan Pengetahuan?

Untuk menjawab pertanyaan itu tentu kita akan mulai dari langkah pertama dulu, yakni dengan menjawab apakah yang dimaksud dengan “Tahu” atau “Mengetahui” ?

Baca juga :   Rasa Sakit Adalah Anugerah Tuhan

“Tahu” atau “mengetahui” adalah sebuah kondisi kesadaran, yaitu kesadaran penuh atas sesuatu sehingga dengannya hilang sudah semua keraguan kita terhadap persoalan tersebut.

Misalnya, jika ada yang mengatakan bahwa ” 4 + 4 = 8″, maka kita disebut “mengetahui” persolan tersebut jika kita tahu apakah itu benar atau salah. Jika kita mengatakan 4+4=8 adalah benar DAN mantap! maka kita disebut MENGETAHUI. Tetapi jika kita mengatakan bahwa 4+4=8 dan kita ragu-ragu maka sesungguhnya kita belumlah mengetahui persoalan.

Karenanya, garis tegas antara mengetahui dan TIDAK mengetahui adalah di titik “ragu”nya. Orang disebut mengetahui persoalan jika baginya persoalan itu sudah jelas dan tidak ada keraguan lagi didalamnya. Walaupun orang yang kita hormati seperti guru, orang tua, ustadz, pendeta atau siapapun yang mengatakan bahwa 4+4=23 maka kita tidak akan ragu untuk mengatakan bahwa hal seperti itu adalah salah, yang betul adalah 4+4=8.

Jika kita ragu untuk memastikan bahwa 4+4=8, maka kita bukanlah termasuk orang-orang yang mengetahui disekitar persoalan 4+4 tersebut.

Pun demikian untuk persoalan kafir dan TIDAK kafir, jika kita sudah tahu 100% dan tidak ragu terhadap sebuah persoalan, maka kita akan tegas dan mantap untuk mengatakan bahwa saya MENERIMA PERSOALAN ini dan yang itu yang saya sudah ketahui 100%  kebenarannya sebagaimana saya mengetahui 4+4=8.

Namun, jika kita  tidak mengetahui 100% seputar persoalan yang dibicarakan orang dan masih ragu-ragu tentang persoalan tersebut, maka adalah kurang bijak kalau kita langsung MENERIMA atau MENOLAK persoalan yang tidak kita ketahui tersebut. Konon lagi kalau kita betul-betul TIDAK MENGETAHUI persoalan yang dibicarakan orang lantas kita langsung main TOLAK mentah-mentah, maka sangat besar peluang kita menjadi orang kafir, yakni orang yang menolak kebenaran.

Baca juga :   Mencintai dan Membenci Karena Allah

 

14 komentar untuk “Menolak Kebenaran sama dengan Kafir!

  1. Saya lebih suka dengan istilah ‘percaya’ dari pada kata ‘ragu’, sebap untuk memperoleh keyakinan butuh pengalaman dalam hal tersebut.

  2. Artikelnya sangat bagus tapi disini saya ingin sedikit menggaris bawahi saja bahwa kita jangan terlalu liar menggunakan kata-kata kafir, karna kafir adalah mustalahat khusus dia merupakan sebuah istilah dan penggunaannya di tempat yang khusus pula, dia sama dengan kata shalat begitu juga dengan kata Islam kedua mustalahat ini tidak bisa di artikan secara liar. Saya lebih setuju kalau kita menggunakan kata jahlun murakkab kepada orang yang menyatakan 4+4 = 23 atau mengatakan bahwa orang ini tidak tahu dan tidak tahu kalau dia itu tidak tahu. bodoh pangkat 2 lebih cocok daripada mengatakan dia kafir. kata kafir mempunyai area khusus dan kita dituntut untuk tidak gegabah mengucapkannya.(salam para pemikir)

  3. dear, spertinya kurang tepat jika kafir = menolak kebenaran, acuan saya hadist nabi Muhammad SAW, Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sekalipun sebesar biji dzarrah. Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan (meremehkan) manusia” (Hadits Shohih Riwayat Muslim, at Tirmidzi dan Abu Daud). Jadi kayaknya lebih tepat dengan kata sombong deh, maaf jika ada kata yg salah ya.., imho

    1. Mas, teteh mau nanya!!!,. Kalau orang yg sombong karena harta yg di milikinya atau mempunyai barang yg bagus dan terus dia memamerkan barang kepunyaannya , apakah itu sama dengan menolak kebenaran atau dari artikel ini disebut kafir

  4. Jangan bermain-main bahasa salah sedikit salah kaprah,. mungkin bahsa saya juga salah,.. maaf jika salah kaprah,. tetapi Selama saya belajar agama Al-quran mengapa bahasa Arab ,… karena setiap bahasa pastilah memiliki kosa kata yang memiliki arti tersendiri dan tidak dimilik bahsa lain dan jika didefinisikan terkadang memiliki sedikit arti lain ,.. cobalah dipahami,.. jangan berputar2 dan memainkan bahasa,.. sebenarnya jawaban anda tinggal lurus saja kenapa harus berbelok2,.. Malah bikin pusing,..he Peace^^

  5. Hi!
    Assalamu’alaikum… (Ucapan salam khusus untuk saudaraku yang muslim)

    Untuk persoalan kafir dan TIDAK kafir, jika kita sudah tahu 100% dan tidak ragu terhadap sebuah persoalan, maka kita akan tegas dan mantap untuk mengatakan bahwa saya MENERIMA PERSOALAN ini dan yang itu yang saya sudah ketahui 100% kebenarannya sebagaimana saya mengetahui 4+4=8.

    Namun, jika kita tidak mengetahui 100% seputar persoalan yang dibicarakan orang dan masih ragu-ragu tentang persoalan tersebut, maka adalah kurang bijak kalau kita langsung MENERIMA atau MENOLAK persoalan yang tidak kita ketahui tersebut.

    Saya stuju Mas, tapi ngomong-ngomong apa anda sudah 100% Yakin kalau “Kafir = Menolak Kebenaran [ Kafir SAMA DENGAN menolak kebenaran]”

    Wassalamu’alaikum… (Ucapan salam khusus untuk saudaraku yang muslim)
    bye… and Peace V ^_^

    1. Mas Ijin menjawab, menurut saya dan argument saya: bila orang kafir (dalam artian di luar agama Islam ) itu belajar dan mencari kebenaran atau bahkan menemukan kebenaran khusus masalah ketuhan atau agama dengan berfikir logis,dengan dia menemukan kebenarannya bahwa Tuhan itu 1( umumnya).
      Terus kok dia belum mau menerima Islam sebagai agama yg benar dan masuk sebagai islam/memeluk islam. Nah inilah yg menjadi dia kafir karena tidak mau menerima islam sebagai agama yg benar, padahal mereka tahu bahwa Tuhan itu 1
      .mereka lebih menganut kepercayaan karena berasal dari nenekmoyanya meskipun sudah tau kebenerannya..
      Jadi kesimpulannya bahwa orang kafir di luar agama Islam dan mereka itu orang orang filosof tapi tidak mau membenarkan Islam maka tetep kafir meskipun dia orang-orand, filosof, logis dan pemikir

      ( Tidak semua orang Islam itu beriman karena masih ada umat Islam yg menolak kebenaran , terutama ilmu ilmu dari barat)
      ( Semua orang di luar Islam itu kafir meskipun orang tersebut adalah orang yg pintar dan pemikir)
      Kalau ada yg di tanyakan ini bisa hub wa( 082218653856)

  6. dalam hal ini(diskusi ini), tidak semua orang bisa menerima(khususnya filsafat), memang orang2 tsb. menolak suatu kebenaran & bisa dianggap kafir. Namun, perlu kita ketahui bahwa kita tidak dapat menghakimi mereka, hanya sekedar tahu bahwa mereka seperti itu. Jadi kita hanya bisa menghargai pendapat & paradigma mereka saja. 🙂

  7. nggak ada yang mutlak di dunia ini, lihat ketika rumus-rumus paten fisika seperti hukum newton, hukum energi bener-benar pasti yang katanya harus ada atau kenyataan tidak berupa statement dimentahkan oleh teori einstin (sok pinter aja nih…) tentang kerelatifan….
    semua tergantung pada tempatnya…(kafir menurutku sih orang yang menolak kebenaran seperti orang non muslim karena agamaku ISLAM tetapi bagi orang YAHUDI aku dianggap KAFIR karena AKU MUSLIM) semua serba relatif…
    lha yang bahaya ketika kerelatifan ini menjadi defensif masing-masing otang untuk mempertahankan pendapat, ya berantem deeh….
    dunia ini fana yang bersifat relatif semua, yang kekal adalah yang tidak relatif ya ALLAH SWT (itu kalo menurutku karena AKU ISLAM ya masih relatif lagi…) ditunggua ajalah di alam baka besok…. ASsalamualikum wr wb, Salam damai dan Sejahtera

  8. Kafir = Menolak Kebenaran, namun kebenaran itu kan relatif, terpegantung pemahaman seseorang, bila seseorang tidak mengetahui mungkin saja dia menolak kebenaran, bila seseorang keliru bisa saja dia menolak kebanaran, apakah mereka yang menolak kebenaran jenis ini juga dikatagorikan kafir? skali lagi standart kebenaran itu sangat berbanding lurus dengan pemahaman seseorang, misalnya, masalah keberadaan TUHAN, bagi kita yang yakin itu karena pemahaman kita membenarkan keberadaan TUHAN sebagai sang Pencipta Alam Semesta, misalnya dengan pendekatan “pengaturan”, bahwa dibalik keseimbangan dan keteraturan alam semesta ini, akal sehat kita tak akan pernah membenarkan bahwa sesuatu yang teratur itu tanpa ada yang mengaturnya…misalnya kita meninggalkan rumah dalam keadaan yang berantakan kemudaian kita pulang rumah tersebut sudah tertata rapi, apakah rumah ini tertata dengan sendirinya? dibalik sebuah keseimbangan dan keteraturan dibutuhkan sebuah pengaturan, siapakah yang mengatur keseimbangan dan keteraturan alam ini?
    bagi mereka yang pemahaman mereka tak dapat membenarkan keberadaan Tuhan bisa jadi mereka memang belum paham tentang Tuhan atau keliru dalam berfikir, nah apakah mereka juga tergolong dalam kelompok yang menolak kebenaran?
    jujur saya sendiri tidak begitu paham dengan kata “kafir”, tapi dalam kepalaku jangan sampai kita memberikan lebel kafir buat orang lain atau seseorang, mungkin dia belum paham, tugas kita adalah bagaimana membuat dia paham dengan tauladan yang bersumber pada pemahaman kita.
    kenapa Rasul tak pernah lelah memperkenalkan Islam pada dunia, dan kenapa Rasul tak sibuk mencela orang lain dengan lebel kafir? menurut pemahamanku, karena Rasul lebih sibuk berdakwah dengan Tauladan bukan dengan mencela (melebeli orang lain kafir)
    marilah kita berbuat yang terbaik dan yang terbaik, hidup dalam kebersamaan dan keberagaman, menjadi manfaat yang terbaik dengan akhlak terindah untuk mengukir sejarah hidup terbaik dalam buku sejarah kehidupan kita.
    insya Allah

  9. Fachrurrazi, salah satu filsuf terbesar dunia islam, yang saking pinternya berargumentasi sampai-sampai seandainya dia menggenggam batu dan mengatakan bahwa itu adalah emas maka orang akan percaya, krn saking pinternya dia berargumentasi. tapi di akhir hayatnya fachrurazi taubat dari filsafat, kembali kepada alquran

    Imam Ghazali, juga digelari hujjatul islam. kitab ihya’ ulumuddien adalah bukti seberapa gedhe otak beliau, tapi di akhir2 kehidupannya dia berucap : manusia mencari kebenaran dengan filsafat ibarat unta mati kehausan sementara air di punuknya. manusia berputar-putar mencari kebenaran sementara kebenaran telah jelas-jelas terpampang dalam alquran.

    Imam syafi’i sang pendiri madzhab syafi’iyyah menyatakan : Seseorang yang di uji dengan dosa besar apapun selain syirik maka itu lebih aku sukai dari pada orang itu di uji dengan ilmu filsafat.

  10. betul sekali,mgkn ad istilah yang lebih “tepat” daripada kafir,,
    hemm..
    atau malah istilah kafir itu sendiri mengalami penyempitan karena sering digunakan untuk utk hal tertentu itu saja y? mohon petunjuk…

    1. Menurut saya kata yg lebih tepat selain kafir dalam artian menolak kebenaran. Yaitu dengan diganti menggunakan kata ” orang yang tidak menggunakan akalnya” kok kenapa harus kata itu ,karena orang yg menerima kebenaran pasti dia menggunakan akalnya untuk memilih mana yg benar dan mana yg salah. Orang orang yg menolak kebenaran ,kebanyakan mereka menggunakan hawa nafsunya, dan tanpa berfikir( tidak menggunakan akalnya).
      Jadi menurut saya lebih baik kata kafir dalam artian menolak kebenaran, itu seharusnya menggunakan kata “tidak berakal”
      Lebih mudahnya
      Kafir=tidak berekal/ hawa nafsu ( dalam konteks artikel ini)
      Semoga membantu..

Leave a Reply

Your email address will not be published.