
Bagaimana Cara Mengerjakan – Keponakan saya itu baru berumur 5 tahun, masih kecil dan masih terlalu kecil untuk membikin konsep dan mendisain rencana. Keponakan saya itu bernama Subroto, dan saya biasanya memanggil namanya dengan sedikit nada mengoda dan menjulukinya ” brot” yang saya karang-karang sendiri dari kesingkatan nama belakangnya yang Subroto itu 🙂
Ponakan saya ini mempunyai cara sendiri untuk menjalani hidupnya, baginya semua hal itu adalah Bagaimana Cara Mengerjakan bukan Bagaimana Cara Membayangkan.
Misalnya ketika saya beritahu bahwa kalau mau makan atau minum yang disebut santun itu adalah “harus duduk”, maka ponakan saya itu cuma sekali saja mempersoalkan pemberitahuan saya itu dengan bertanya, “bagaimana kalau tidak duduk Om?”
Ketika saya jelaskan ” Kalo berdiri atau berjalan-jalan, itu tidak baik untuk ini dan itu… ” maka bagi Brot itu sudah dianggap jelas apa yang baik dan apa yang tidak.
Maka ketika saya ajak dia kemana saja, ketika mau minum dia akan selalu mencari kursi untuk duduk! Kalo tidak ada kursi maka dia akan cari tempat duduk yang lain. Kalo tidak ada tempat duduk yang lain, maka dia akan cari alas yang bisa untuk dia duduki, kalo tidak ada alas untuk diduduki…maka dia akan duduk aja dimana dia bisa duduk…baru dia akan minum.
Begitu mudah baginya untuk menterjemahkan ajaran itu kedalam praktek!
Baginya duduk sebelum minum, ya duduk,ya dipraktekkan, bukan dibayangkan dan dipikirkan…
Keponakan saya ini, dia tidak seperti teman saya yang ketika diberi tahu bahwa kalo mau minum harus duduk maka duduk, tapi malah mulai memikirkan kalau-kalau yang terlalu panjang dan terkadang tidak ada hubungannya dengan yang dia bayangkan….temen saya itu sering memikirkan, “MISALNYA”
Misalnya, Bagaimana kalo tidak ada kursi?
Misalnya, Bagaimana kalo tidak ada yang bisa diduduki?
Misalnya, Bagaimana kalo semua temen2 pada berdiri? dan bagaimana, bagaimana dan seterusnya…….
yang mana akhirnya teman saya itu sering tidak jadi minum dan tidak jadi juga duduk karena sudah terperangkap kepada bayangan ini dan itu yang semuanya hanya berupa disain dan bayangan….
Bayangan teman saya itu TIDAK BISA mempermudahnya untuk memperaktekkan minum….
Dan keponakan saya itu….begitu gamblang memperaktekkan nya……..
Dilain tempat, saya punya teman lain, wak abdul namanya, dia yang dosen ekonomi itu……pandai sekali dia menguraikan tentang prekonomian dan membayangkan masa depan ekonomi negeri ini, namun sudah 2 bulan ini dia masih nunggak biaya listrik karena blm mampu bayar ke PLN
Kawan saya yang lain, Yati Marmas – tidak mengerti sama sekali tentang istilah teknis ekomoni yang dijabarkan wak abdul itu, tentang trend ini dan trend itu, tapi bisnis grosir sembako nya disetiap cabang di urus oleh karyawannya yang rata-rata lulusan sarjana ekonomi..
Bagi Yati Marmas, mencari laba, beli 1000 ya jual harus diatas seribu, sederhana sekali…
Iya, sederhana sekali…bahasa londonya, just do it! Dengarkan, make sense Kerjakan!
# Bagaimana Cara Mengerjakan bukan Bagaimana Cara Membayangkannya.
Membayangkan sesuatu yang belum tentu terjadi, bisa membuat repot diri sendiri, karena semua tindakan jadi terhambat. Bisa jadi baik, kalau dipertimbangkan untung ruginya, misalnya kalau melakukan ini akibatnya bagaimana?
hal alami dalm kehidupan kita, karna setiap anak” sebelom dia dewasa atau balig mereka mengikuti Emosi atau insting mereka, sedang orang dewasa udh mulai memikirkan dan mebandingkan halbaik maupun buruk, dan karna trlalu berlarut dalam pemikiran bisa-bisa mereka malah tak melakukan ap yang ingin dilakukan, dan waktu tak akan prnah menunggu.
Tulisan diatas terlalu hitam putih. Tapi memang bagus untuk mengetahui secara ekstrem masing masing pihak. Tulisan diatas sebetulnya akan menerangkan mana yang teoritisi dan mana yang praktisi. Bagi saya berlaku pepatah bahwa praktek tanpa teori kita akan buta dalam melangkah tapi teori tanpa praktek adalah omong kosong belaka.
Jadi sikap kita adalah berdiri diantara keduanya sampai tiba saatnya bertindak, yaitu akan berpikir sebagai praktisi atau berpikir sebagai teoritisi. Salam …..